HUBUNGAN PERAWATAN PERIANAL BAYI
DENGAN KEJADIAN DERMATITIS DIAPERS PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG
MENGGUNAKAN DIAPERS DI WILAYAH KELURAHAN KETAWANGGEDE MALANG
Endang Sri Wahyuni*, Rinik Eko
Kapti**, Siti fatimah***
Abstrak
Dermatitis diapers adalah bercak kemerahan meradang
disertai kulit yang keras bersisik, lecet yang disebabkan oleh pemakaian popok/diapers
secara langsung maupun tidak langsung pada bayi. Bayi merupakan periode
awal manusia yang memiliki struktur anatomi dan fisiologi yang belum
berkembang. Kulit bayi relatif lebih tipis dan fungsi perlindungan yang belum
sempurna menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi atau gangguan kulit.
Dengan demikian, untuk menghindari terjadinya dermatitis diapers maka
perlu dilakukan perawatan perianal yang benar dan sesuai. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan perawatan perianal bayi dengan kejadian dermatitis
diapers pada bayi usia 0-6 bulan yang menggunakan diapers. Desain
penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan data
dilakukan secara total sampling dengan jumlah sampel sebesar 56 orang.
Data diambil dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang
telah diuji validitas dan realibilitasnya serta observasi langsung kejadian dermatitis
diapers pada bayi. Kemudian data dianalisa menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu/pengasuh di Wilayah Kelurahan
Ketawanggede Malang sebagian besar (71.4%) melakukan perawatan perianal bayi
tidak sesuai dan bayi mengalami dermatitis diapers sebanyak 16.1%. Hasil
uji Chi-Square (r= -0.277 dengan p=0.038) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara perawatan perianal bayi dengan kejadian dermatitis
diapers pada bayi usia 0-6 bulan yang menggunakan diapers.
Kata kunci: perawatan perianal
bayi, kejadian dermatitis diapers, bayi usia 0-6 bulan yang menggunakan diapers
Abstract
Dermatitis diapers is florid
seeing red and skin that scaly it caused by diapers used directly or indirectly
for infant. Infant is an early human period that has not been developed yet.
Infant skin is tiner relatively and more susceptible to get infection or skin
disturbance. In short, perianal care of infant an appropriate is to avoid the
dermatitis diapers incident. The purpose of this research is to know the
relationship between the perianal care of infant and dermatitis diapers
incident at infant 0-6 months old which use diapers. The research uses cross
sectional design. The data are collected by using a total sampling with 56
people as the samples. Data are taken by using a method direct observation for
dermatitis diapers incident and use questionnaires that their validity and reliability
have been checked as the research instrument. As the next step, the data are
analyzed by using chi-square test. The result of the research shows that most
of (71.4%) mother/caretaker in Ketawanggede Region Malang have an inappropriate
perianal care of infant and dermatitis diapers incident at infant is 16.1%. the
result of chi-square test (r= -0.277 with p=0.038) shows that there is a
significant relationship between perianal care of infant and dermatitis diapers
incident at infant 0-6 months old which use diapers.
Keywords: perinal care of infant,
dermatitis diapers incident, infant 0-6 months old which use diapers
PENDAHULUAN
Memiliki
anak yang sehat merupakan dambaan semua orang tua. Kunci utama orang tua untuk
mewujudkannya adalah menerapkan pola hidup sehat sejak dini dan memberi
perawatan yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, tujuannya
adalah untuk menghindari dan mencegah timbulnya penyakit yang mungkin terjadi.
Salah satu keadaan yang harus diketahui oleh orang tua adalah kesehatan kulit
bayi. Berbeda dengan kulit orang dewasa, kulit bayi lebih tipis, halus,
dan memiliki kandungan air yang cukup tinggi pada lapisan dalamnya serta
memiliki fungsi perlindungan yang belum berkembang dengan sempurna sehingga
kulit bayi akan lebih peka dan lebih mudah mengalami gangguan.³°
Gangguan kulit yang biasa timbul
pada bayi berupa ruam kulit yang dikenal dengan dermatitis diapers atau
ruam popok.28 Dermatitis diapers adalah gangguan kulit berupa bercak kemerahan
meradang disertai kulit yang keras bersisik, berbintil, bahkan melepuh dan
lecet yang menimbulkan gatal dan perih pada kulit bayi.¹² Menurut Maya (2004), dermatitis
diapers merupakan peradangan kulit di daerah yang tertutup popok yang
paling sering dialami oleh bayi atau anak-anak.
Dermatitis diapers atau ruam popok ini mengenai
7-35% dari populasi bayi dan kurang lebih 50% bayi dan anak yang menggunakan
popok pernah mengalaminya).7 Berdasarkan laporan Journal of Pediatrics
Dermatology, penelitian di Inggris menemukan 25% dari 12.000 bayi berusia 4
minggu mengalami ruam popok.27 Selain itu berdasarkan hasil penelitian langsung
yang dilakukan di klinik bersalin Sally Medan, angka kejadian ruam popok
sebanyak 39,4% dari 66 bayi berusia neonatus yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini. ¹²
Gangguan kulit ini biasanya
menyerang bagian tubuh bayi yang tertutup popok. Daerah yang terserang biasanya
area genitalia, area sekitar anus, lipatan paha, dan pantat. Ketika bayi buang
air maka akan ada kontak langsung antara kulit bayi dengan air kencing atau
feses yang nantinya akan menimbulkan iritasi jika tidak segera dibersihkan. Bayi
yang mengalami dermatitis diapers ini memiliki gejala yang bervariasi.
Gejala awal biasanya berupa kemerahan ringan di kulit daerah sekitar popok yang
bersifat terbatas disertai dengan lecet-lecet ringan atau luka pada kulit.4 Disamping
itu juga dermatitis diapers ini akan berdampak buruk pada kesehatan
bayi.
Dampak dermatitis diapers ini
meliputi terjadinya infeksi pada daerah perianal bayi yang nantinya akan
mengganggu kenyamanan tidur bayi dan bayi akan rewel terutama ketika BAB/BAK.7
Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya dermatitis diapers maka
perlu dilakukan perawatan perianal yang benar.
Perawatan perianal bayi merupakan
perawatan pada daerah yang tertutup popok pada bayi. Perawatan ini meliputi
perawatan pada area genitalia, area sekitar anus, lipatan paha serta pantat
bayi.¹³ Perawatan perianal ini penting untuk menjaga kesehatan kulit bayi,
khususnya pada daerah genitalia bayi yang merupakan bagian yang sangat
sensitif. Bagian pantat bayi dibersihkan agar tidak lembab serta menghindari
pemakaian bedak karena hal ini dapat menyebabkan infeksi. Selain itu juga hal
yang perlu diingat oleh orang tua ketika menggunakan diapers pada bayi.7
Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan di Kelurahan Karang Besuki, Kelurahan Dinoyo, dan Kelurahan
Ketawanggede. Dari ketiga kelurahan tersebut, diperoleh data bahwa jumlah ibu
yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan lebih banyak ditemui di Wilayah Kelurahan
Ketawanggede. Di wilayah tersebut peneliti mendapatkan data 7 dari 10 orang ibu
yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang menggunakan diapers mengatakan
bahwa mereka masih menggunakan bedak ketika melakukan perawatan perianal pada bayinya
serta beberapa ibu juga masih kurang benar dalam melakukan penggantian diapers
yaitu sekitar 5-8 jam sekali baru dilakukan penggantian diapers. Selain
itu berdasarkan hasil observasi peneliti diperoleh data dari 10 bayi usia 0-6
bulan yang menggunakan diapers 3 diantaranya memperlihatkan tanda dan
gejala dari dermatitis diapers seperti kulit kemerahan pada daerah
pantat dan lipatan paha bayi.
Berdasarkan latar belakang di
atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan perawatan
perianal bayi dengan kejadian dermatitis diapers pada bayi usia 0-6 bulan yang
menggunakan diapers di Wilayah Kelurahan Ketawanggede Malang.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskripsi analitik korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu/pengasuh yang memiliki/merawat
bayi usia 0-6 bulan yang menggunakan diapers yang ada di wilayah
Kelurahan Ketawanggede Malang yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 56 responden. Dalam penelitian ini menggunakan
teknik nonprobability sampling yaitu total sampling adalah suatu
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel dari semua populasi yang
sesuai dengan kriteria inklusi. Untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan
instrumen penelitian berupa kuisioner dan observasi langsung pada bayi. Data
yang terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel distribusi frekuensi dan
persentase untuk analisa data univariat dan untuk analisa data bivariat
menggunakan uji korelasi chi square.
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa sebagian besar pengasuh di kelurahan Ketawanggede Malang melakukan
perawatan perianal yang tidak sesuai pada bayi yang menggunakan diapers yaitu
sebanyak 40 orang (71.4%) dan yang sesuai sebanyak 16 orang (28.6%).
Sedangkan untuk hasil observasi
kejadian dari dermatitis diapers diperoleh data bahwa sebagian besar bayi tidak
mengalami dermatitis diapers yaitu sebanyak 47 anak (83.90%) dan bayi
yang mengalami dermatitis diapers sebanyak 9 anak (16.10%).
Tabel 1 Hubungan Perawatan Perianal
Bayi Dengan Kejadian Dermatitis Diapers
Perawatan Perianal Bayi
|
Kejadian Dermatitis
Diapers
|
Total
|
Nilai Signifikansi (Chi square)
|
Nilai Korelasi
|
||||
Terjadi
|
Tidak Terjadi
|
-0.277
|
||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
|||
Tidak Sesuai
|
9
|
16.1%
|
31
|
55.3%
|
40
|
71.4%
|
0.038 (p<0.05)
|
|
Sesuai
|
0
|
0%
|
16
|
28.6%
|
16
|
28.6%
|
||
Total
|
9
|
16.1%
|
47
|
83.9%
|
56
|
100%
|
Berdasarkan
tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan
perawatan perianal yang tidak sesuai pada bayinya dan terdapat 9 bayi (16.1%)
yang mengalami dermatitis diapers. Sedangkan responden yang melakukan
perawatan perianal dengan sesuai ternyata tidak ada bayi yang mengalami dermatitis
diapers.
Dari data diatas
kemudian dicari hubungan antara perawatan perianal bayi dengan kejadian
dermatitis diapers pada bayi usia 0-6 bulan yang menggunakan diapers dengan
menggunakan korelasi spearman diperoleh nilai korelasi sebesar -0.277
dengan signifikansi 0.038 (p<0.05). Arah korelasi negatif menunjukkan bahwa
jika perawatan perianal bayi sesuai maka tidak terjadinya dermatitis diapers
dan sebaliknya jika perawatan perianal bayi tidak sesuai maka terjadi dermatitis diapers pada
bayi. Dengan demikian maka hipotesis diterima dan dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara perawatan perianal bayi dengan
kejadian dermatitis diapers pada bayi usia 0-6 bulan yang menggunakan
diapers di Kelurahan Ketawanggede Malang.
PEMBAHASAN
Adapun hasil penelitian
yang dilakukan di Kelurahan Ketawanggede ini menunjukkan bahwa perawatan
perianal bayi yang dilakukan oleh ibu/pengasuh sebanyak 71.4% dilakukan secara
tidak sesuai sedangkan sebanyak 28.6% pengasuh melakukan perawatan perianal
bayi secara sesuai. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
pengasuh yang ada di wilayah kelurahan Ketawanggede melakukan perawatan perianal
tidak sesuai pada bayinya.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengasuh dalam memberikan perawatan perianal pada bayi, salah
satunya usia. Usia adalah indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan
kematangan pribadi seseorang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebesar
14.3% perawatan perianal bayi dilakukan secara sesuai oleh pengasuh yang
berusia 21-30 tahun, 12.5% dilakukan oleh pengasuh yang berusia 31-40 tahun
sedangkan perawatan perianal secara sesuai yang sangat sedikit adalah pengasuh dengan
usia 41-50 tahun yaitu sebesar 1.8%. Hal ini dapat terjadi kemungkinan
disebabkan oleh responden dalam penelitian ini mayoritas pengasuh yang berusia
21-30 tahun yaitu sebanyak 30 orang (53.6%).
Menurut Putri
(2009) menyatakan bahwa pada usia muda yaitu usia 21-30 tahun cenderung
menerapkan pola asuh yang demokratis dan sering membaca artikel atau buku yang
berkaitan dengan kesehatan anak. Sehingga dengan demikian pengasuh akan
memiliki banyak informasi dalam merawat anak khususnya ketika melakukan perawatan
perianal bayi. Sementara ibu yang lebih tua cenderung lebih mengedepankan pengalaman
dalam merawat anak padahal kenyataannya, pengalaman itu sendiri masih belum
tentu sesuai dengan perawatan yang semestinya dilakukan pada bayi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa perbedaan cara pola asuh dan tingkat keseringan membaca
artikel atau buku oleh pengasuh dengan usia yang berbeda dapat menimbulkan
perawatan perianal bayi yang dilakukan berbeda pula.
Pendidikan terakhir pengasuh juga merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi tindakan pengasuh dalam melakukan tindakan perawatan
perianal bayi. Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan mempunyai peranan penting
dalam menentukan kualitas hidup manusia. Tingkat pendidikan ini dikaitkan
dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi. Dari hasil penelitian
didapatkan data bahwa sebagian besar pengasuh yang melakukan tindakan perawatan
perianal dengan sesuai adalah ibu yang berpendidikan terakhir SMA dan perguruan
tinggi yaitu masing-masing sebanyak 19.6% dan 8.9%.
Menurut Hertherington & Parke dalam Pertranto (2006)
mengatakan bahwa orang tua dengan latar belakang pendidikan tinggi dalam
praktik merawat anak akan cenderung mengikuti kemajuan perkembangan anak,
sedangkan orang tua dengan latar pendidikan rendah memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang terbatas mengenai kebutuhan untuk tumbuh kembang anaknya.
Pernyataan ini sesuai dengan Naingolan (2009) bahwa pengetahuan
seseorang diperoleh dari pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun
pendidikan non formal. Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi pula
tingkat pengetahuan pengasuh dalam melakukan perawatan pada bayi sehingga hal
ini akan mempengaruhi tindakan pengasuh pula dalam hal perawatan tersebut.
Dermatitis diapers merupakan
gangguan kulit berupa bercak kemerahan meradang disertai kulit yang keras
bersisik, berbintil, bahkan melepuh dan lecet yang menimbulkan gatal dan perih
pada kulit bayi.12 Hasil penelitian yang menggunakan responden sebanyak 56 bayi
di wilayah kelurahan Ketawanggede ini memperlihatkan sebanyak 16.1% terjadi dermatitis
diapers pada bayi dan sebanyak 83.9% tidak terjadi dermatitis diapers pada
bayi. hasil penelitian ini sesuai dengan laporan Journal of Pediatrics
Dermatology, penelitian di Inggris menemukan 25% dari 12.000 bayi berusia 4
minggu mengalami ruam popok.26 Selain itu juga berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di klinik bersalin Sally Medan, angka kejadian dermatitis
diapers sebesar 39,4% dari 66 bayi berusia neonatus yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini.14
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa bayi yang mengalami dermatitis
diapers lebih banyak terjadi pada bayi yang berjenis kelamin perempuan
yaitu sebesar 55.6% sedangkan pada bayi yang berjenis kelamin laki-laki sebesar
44.4%. Sesuai dengan pernyatan Rurian (2008) bahwa bayi yang berjenis kelamin
perempuan akan memiliki peluang lebih besar untuk terjadinya dermatitis
diapers dibandingkan bayi laki-laki khususnya pada daerah genitalia bayi.
Hal ini dikarenakan pada bayi perempuan area sekitar genitalianya lebih tebuka
dibandingkan bayi laki-laki sehingga gangguan kulit atau infeksi kuman/bakteri
lebih mudah terjadi pada bayi perempuan.
Selain itu juga, berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa bayi
yang mengalami dermatitis diapers lebih banyak terjadi pada bayi yang
berusia 6 bulan dengan prosentase sebesar 44.4% sedangkan pada bayi yang
berusia 0 bulan dan 2 bulan tidak ada bayi yang mengalami dermatitis diapers.
Sesuai dengan pernyataan Fazriyati (2011) bahwa dermatitis
diapers biasanya dialami bayi yang berusia beberapa minggu hingga 18 bulan.
Namun pada usia 6-9 bulan angka kejadian dermatitis diapers relatif
tinggi, hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut,
orangtua sudah mulai memberikan makanan padat pendamping ASI. Perubahan pola
makan ini mempengaruhi pola pencernaan serta akan mengubah pH feses menjadi
lebih alkalis. Dengan pH yang alkalis inilah kulit akan lebih mudah mengalami
iritasi/infeksi, dan stratum korneum akan lebih permeabilitas terhadap
iritan.
Namun
pernyataan diatas sedikit bertolak belakang dengan hasil penelitian dari
Manullang (2010) bahwa angka kejadian dermatitis diapers pada neonatus
yaitu sebanyak 26 orang (39,4%) dari 66 responden yang ada. Hal ini terjadi karena
pada bayi baru lahir, kondisi kulitnya yang relatif lebih tipis, lebih halus
dan memiliki fungsi perlindungan yang masih belum sempurna sehingga menyebabkan
bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi dan alergi.
Berdasarkan
hasil penelitian dan analisis data untuk mengetahui hubungan perawatan perianal
bayi dengan kejadian dermatitis diapers pada bayi usia 0-6 bulan yang
menggunakan diapers digunakan uji korelasi Chi-Square diperoleh
nilai signifikansi 0.038 (p<0.05) yang menunjukkan bahwa korelasi antara
perawatan perianal bayi dengan kejadian dermatitis diapers pada bayi
usia 0-6 bulan yang menggunakan diapers adalah bermakna. Dengan demikian
maka H1 diterima dan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara
perawatan perianal bayi dengan kejadian dermatitis diapers pada bayi
usia 0-6 bulan yang menggunakan diapers di Wilayah Kelurahan
Ketawanggede Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (16.1%) melakukan perawatan perianal bayi tidak sesuai yang bayinya
mengalami dermatitis diapers. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manullang
(2010) bahwa perawatan perianal yang baik penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya ruam popok. Manfaat yang diperoleh dari perawatan perianal bayi ini
adalah dapat mencegah terjadinya dermatitis diapers pada bayi.13
KETERBATASAN PENELITIAN
1.
Mekanisme pengambilan data, yaitu
peneliti dengan cara memberikan kuesioner yang diisi oleh responden sendiri
melalui kunjungan ke tempat tinggal responden sehingga ada beberapa responden
yang meminta kuesioner yang diberikan peneliti untuk ditinggal sementara waktu
akibatnya ada beberapa kuesioner yang tidak dapat kembali ke peneliti.
2. Peneliti
tidak memasukkan tingkat penghasilan keluarga dalam kuesioner yang diberikan
pada responden sehingga peneliti tidak dapat mengetahui status ekonomi keluarga
dari responden yang ada. Padahal tingkat penghasilan ini merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi orang tua dalam memberikan perawatan perianal
pada bayinya.
KESIMPULAN
ada hubungan antara perawatan
perianal bayi dengan kejadian dermatitis diapers pada bayi usia 0-6
bulan yang menggunakan diapers di Wilayah Kelurahan Ketawanggede Malang
SARAN
1)
Pihak tenaga kesehatan diharapkan mampu
memberikan konseling dan informasi kepada orang tua khususnya ibu tentang cara
mencegah terjadinya dermatitis diapers pada bayi melalui perawatan
perianal bayi yang benar dan sesuai.
2) Untuk
penelitian yang selanjutnya disarankan untuk mengetahui tindakan perawatan
perianal bayi yang dilakukan oleh pengasuh dengan cara observasi langsung dan
wawancara (kualitatif) dan menggunakan populasi yang lebih besar sehingga dapat
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief, Al. 2005. Cara
Benar Merawat Bayi, http://images.arikbliz.multiply.multiplycontent.com /attachment/0/SYavOgoKCIoAAA@aEs1/merawatbayi.pdf?nmid=189430843,
diakses tanggal 14 Mei 2011
2. Arifianto. 2007. Nappy
Rush/ Ruam Popok, http://images.temmytl.multiply.multiply content.com/attachment/0/SO78dgoKCEEAADFQdFo1/nappy%20rash.pdf?nmid=119468253,
diakses 12 Mei 2011
3.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
4.
Boediardja, S.A. 2003. Infeksi
Kulit pada Bayi & Anak, FKUI, Jakarta
5.
Fazriyati, W. 2011. Tindakan
Dini AtasiRuamPopok,http://www.compas.com, diakses tanggal 12 Januari 2012
6.
Gupte, Suraj. 2004. Panduan
Perawatan anak, Pustaka Populer Obor, Jakarta
7. Handaryati, Lucky. 2003. Uji
Banding Salep Ketonasol 2% dan Seng Oksida 10%padaDermatitisPopok,http://eprints.undip.ac.id/14794/1/2003FK665.pdf,
diakses tanggal 14 Mei 2011
8.
Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan
Anak Usia Dini, Divapress, Yogyakarta
9.
Indivara, Nadia. 2009. 200
Tips Ibu Smart Anak Sehat, Pustaka Anggrek, Yogyakarta
10.
Irwan. 2008. Popok Bayi,
http:// dokteranakku.com, diakses tanggal 20 Juni 2011
11. Kusantati, Herni. 2009. Anatomi
FisiologiKulit,http://www.crayonpedia.org/ mw/BSE: Anatomi Fisiologi
Kulit_10.1(Bab_3)Herni Kusantati,diakses tanggal 21 September 2011
12. Manullang, Yessi F. 2010. Pengetahuan
dan Tindakan Ibu dalam Perawatan Perianal Terhadap Pencegahan Ruam Popok pada
NeonatusdiKlinikBersalin,http://reposit ory.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/18663/pdf,diakses
tanggal 12 Mei 2011
13. Manullang, Yessi F. 2010. Pengetahuan
dan Tindakan Ibu dalam Perawatan Perianal Terhadap Pencegahan Ruam Popok pada
Neonatus di Klinik BersalinMedan,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18663/7/ Cover.pdf, diakses
tanggal 15 Mei 2011
14. Manullang, Yessi F. 2010. Pengetahuan
dan Tindakan Ibu dalam Perawatan Perianal Terhadap Pencegahan Ruam Popok pada
Neonatus di Klinik Bersalin Medan http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18663/3/Chapter%20IIIVI.pfdiakses
tanggal 15 Oktober 2011
15.
Mu’tadin, Z. 2003. Peran
Orang tua Berdasarkan Urutan Anak (Jumlah Anak), www.keluarga bahagia.com,
diakses tanggal 5 Januari 2012).
16.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005.
Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
17.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.
Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta
18.
Nugra. 2007. Petunjuk
Praktis Merawat 6 Bagian Tubuh Bayi, http:// Petunjuk Praktis Merawat 6
Bagian Tubuh Bayi « Pustaka Digital Ibu dan Anak.html. Diakses tanggal 13
September 2011
19.
Nursalam. 2003. Konsep
dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta
20. Nursalam, dkk. 2005. Asuhan
Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan), Salemba Medika,
Jakarta
21.
Potter & Perry. 2005. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan praktik, EGC, Jakarta
22.
Putri, Carina. 2009. Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Dermatitis Diapers,
http :// digilib.umm.ac.id /files/disk1/347/ jiptummpp-gdl-s1-2009carinaputri-17321-Pendahuluan.pdf,
diakses tanggal 5 Januari 2012
23.
Retayasa, W. 2008.
Dermatitis Popok dalam Gangguan Kulit pada Bayi Baru Lahir, Buku Ajar
Neonatologi Edisi I, IDAI, Jakarta
24. Rosfanty.2009. Anatomi
dan Kulit, http://www.anatomi-dan-fisiologi-kulit bagus.html, diakses
tanggal 10 Oktober 2011
25. Schiazza, Luciano. 2009. Perianal
Streptococal Dermatitis, http://
www.lucianoschiazza.it/ Documenti %20new/Dermatite_perianale_eng .html, diakses
tanggal 10 Oktober 2011
26. Shazia, et al. 2007. Diaper
Dermatitis-Frequencyand Contributory Factors in HospitalAttendingChildren,http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=6&hid=107&sid=277605c6-29354269be8ee09f420e2c040sessionmgr112,
diakses tanggal 27 Juli 2011
27.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner&Suddarth/editor, Smeltzer, Suzanne
C, Brenda G. Bare; alih bahasa, Agung Waluyo ed.8. EGC, Jakarta
28.
Soepardan, S. 2001. Panduan
Perawatan Bayi Sakit, Puspa Swara, Jakarta
29. Tanjung, Chairiyah. 2010. Dermatitis
Popok.http://ebookfreetoday.com/view-pdf.php?bt=
%3Cb%3EDermatitis-Popok%3C/b%3E-Oleh-:-dr.Chairiyah-Tanjung,-SpKK%28K%29-Dermatitis&%3Cb%3E...%3C/b%3E&lj=http://ocw.usu.ac.id/course/download/11100012-dermatomusculoskeletal-system/dms.
146slidedermatitispopok.pdf, diakses tanggal 10 Oktober 2011
30.
Wong, dkk. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar